MATAHARI SEBAGAI PUSAT TATA SURYA
Tata Surya adalah kumpulan benda langit
yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang
terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah
planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet
kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda
langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi
Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar,
dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort
diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di
luar bagian yang terluar.
Matahari adalah bintang induk Tata Surya
dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan
inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke
luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.
Dipercayai bahwa posisi matahari
pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah
bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat
ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II". Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang "populasi II". Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.
- mengorbit mengelilingi bintang atau sisa-sisa bintang;
- mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi tersendiri agar dapat mengatasi tekanan rigid body sehingga benda angkasa tersebut mempunyai bentuk kesetimbangan hidrostatik (bentuk hampir bulat);
- tidak terlalu besar hingga dapat menyebabkan fusi termonuklir terhadap deuterium di intinya; dan,telah "membersihkan lingkungan" (clearing the neighborhood; mengosongkan orbit agar tidak ditempati benda-benda angkasa berukuran cukup besar lainnya selain satelitnya sendiri) di daerah sekitar orbitnya
- Berdiameter lebih dari 800 km
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam
sistem Tata Surya
terdapat delapan planet. Hingga 24 Agustus
2006, sebelum Persatuan Astronomi Internasional
(International Astronomical Union = IAU) mengumumkan perubahan pada
definisi "planet" sehingga seperti yang tersebut di atas, terdapat
sembilan planet termasuk Pluto,
bahkan benda langit yang belakangan juga ditemukan sempat dianggap sebagai
planet baru, seperti: Ceres,
Sedna, Orcus, Xena,
Quaoar, UB 313. Pluto, Ceres dan UB
313 kini berubah statusnya menjadi "planet kerdil/katai."
Planet diambil dari kata dalam bahasa Yunani Asteres Planetai
yang artinya Bintang Pengelana. Dinamakan
demikian karena berbeda dengan bintang
biasa, Planet dari waktu ke waktu terlihat berkelana (berpindah-pindah)
dari rasi bintang yang satu ke rasi bintang yang lain. Perpindahan ini (pada
masa sekarang) dapat dipahami karena planet beredar mengelilingi matahari. Namun pada zaman
Yunani Kuno yang belum mengenal konsep heliosentris, planet dianggap sebagai
representasi dewa di langit. Pada saat itu
yang dimaksud dengan planet adalah tujuh benda langit: Matahari,
Bulan, Merkurius, Venus,
Mars, Jupiter
dan Saturnus. Astronomi modern menghapus Matahari
dan Bulan dari daftar karena
tidak sesuai definisi yang berlaku sekarang. Sebelumnya, planet-planet anggota
tata surya ada 9, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter/Yupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun, tanggal 26 Agustus 2006, para
ilmuwan sepakat untuk mengeluarkan Pluto dari daftar planet sehingga jumlah
planet di tata surya menjadi hanya 8.
Menurut IAU (Persatuan Astronomi
Internasional) sesuai dengan defenisi yang baru, maka terdapat delapan planet
dalam sistem Tata Surya.
Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah
- Merkurius (57,9 juta km)
- Venus (108 juta km)
- Bumi (150 juta km)
- Mars (228 juta km) .
- Yupiter (779 juta km)
- Saturnus (1.430 juta km)
- Uranus (2.880 juta km) dan
- Neptunus (4.500 juta km).
Sejak pertengahan 2008, ada lima
obyek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet
kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah
- Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima.
- Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan)
- Haumea (6.450 juta km)
- Makemake (6.850 juta km), dan
- Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi
oleh satelit alami, yang biasa disebut dengan "bulan" sesuai dengan
Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi
oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
Sejarah
Sejalan dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan, pengertian istilah “planet” berubah dari “sesuatu” yang bergerak
melintasi langit (relatif terhadap latar belakang bintang-bintang yang
“tetap”), menjadi benda yang bergerak mengelilingi Bumi. Ketika model
heliosentrik mulai mendominasi pada abad ke-16, planet mulai diterima sebagai
“sesuatu” yang mengorbit Matahari, dan Bumi hanyalah sebuah planet. Hingga
pertengahan abad ke-19, semua obyek apa pun yang ditemukan mengitari Matahari
didaftarkan sebagai planet, dan jumlah “planet” menjadi bertambah dengan cepat
di penghujung abad itu.
Selama 1800-an, astronom mulai menyadari
bahwa banyak penemuan terbaru tidak mirip dengan planet-planet tradisional.
Obyek-obyek seperti Ceres, Pallas
dan Vesta, yang telah
diklasifikasikan sebagai planet hingga hampir setengah abad, kemudian
diklasifikan dengan nama baru "asteroid".
Pada titik ini, ketiadaan definisi formal membuat "planet" dipahami
sebagai benda 'besar' yang mengorbit Matahari.
Tidak ada keperluan untuk menetapkan batas-batas definisi karena ukuran antara
asteroid dan planet begitu jauh berbeda, dan banjir penemuan baru tampaknya
telah berakhir.
Namun pada abad ke-20, Pluto ditemukan.
Setelah pengamatan-pengamatan awal mengarahkan pada dugaan bahwa Pluto
berukuran lebih besar dari Bumi, IAU
(yang baru saja dibentuk) menerima obyek tersebut sebagai planet. Pemantauan
lebih jauh menemukan bahwa obyek tersebut ternyata jauh lebih kecil dari dugaan
semula, tetapi karena masih lebih besar daripada semua asteroid yang diketahui,
dan tampaknya tidak eksis dalam populasi yang besar, IAU tetap
mempertahankan statusnya selama kira-kira 70 tahun.
Pada 1990-an dan awal 2000-an, terjadi
banjir penemuan obyek-obyek sejenis Pluto di daerah yang relatif sama.
Seperti Ceres dan asteroid-asteroid pada masa sebelumnya, Pluto ditemukan hanya
sebagai benda kecil dalam sebuah populasi yang berjumlah ribuan. Semakin banyak
astronom yang meminta agar Pluto didefinisi ulang dari sebuah planet seiring
bertambahnya penemuan obyek-obyek sejenis. Penemuan Eris,
sebuah obyek yang lebih masif daripada Pluto, dipublikasikan secara luas
sebagai planet kesepuluh, membuat hal ini semakin mengemuka. Akhirnya pada 24
Agustus 2006, berdasarkan pemungutan suara, IAU membuat definisi planet
yang baru. Jumlah planet dalam Tata Surya berkurang menjadi 8 benda besar yang
berhasil “membersihkan lingkungannya” (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter,
Saturnus, Uranus dan Neptunus), dan sebuah kelas baru diciptakan, yaitu planet
katai, yang pada awalnya terdiri dari tiga obyek, Ceres, Pluto dan Eris.
Sejarah nama-nama planet
Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus,
Mars, Yupiter
dan Saturnus) telah dikenal sejak
zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak
bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet (lihat
tabel nama planet di bawah).
Pada abad ke-6 SM, bangsa
Yunani memberi nama
1. Stilbon
(cemerlang) untuk Planet Merkurius,
2. Pyoroeis
(berapi) untuk Mars,
3. Phaethon (berkilau) untuk Jupiter,
4. Phainon
(Bersinar) untuk Saturnus.
5. Khusus
planet Venus memiliki dua nama yaitu Hesperos (bintang sore) dan Phosphoros
(pembawa cahaya). Hal ini terjadi karena dahulu planet Venus yang muncul di
pagi dan di sore hari dianggap sebagai dua objek yang berbeda.
Pada abad ke-4 SM, Aristoteles
memperkenalkan nama-nama dewa dalam mitologi untuk planet-planet ini.
1. Hermes menjadi nama untuk
Merkurius,
2. Ares
untuk Mars,
3. Zeus
untuk Jupiter,
4. Kronos untuk Saturnus dan
Pada masa selanjutnya di mana kebudayaan
Romawi menjadi lebih berjaya
dibanding Yunani, semua nama planet dialihkan menjadi nama-nama dewa mereka.
Kebetulan dewa-dewa dalam mitologi Yunani mempunyai padanan dalam mitologi
Romawi sehingga planet-planet tersebut dinamai dengan nama yang kita kenal
sekarang.
Hingga masa sekarang, tradisi penamaan
planet menggunakan nama dewa dalam mitologi Romawi masih berlanjut. Namun
demikian ketika planet ke-7 ditemukan, planet ini diberi nama Uranus yang
merupakan nama dewa Yunani. Dinamakan Uranus karena Uranus adalah ayah dari Kronos (Saturnus). Mitologi
Romawi sendiri tidak memiliki padanan untuk dewa Uranus. Planet ke-8 diberi
nama Neptunus, dewa laut dalam mitologi
Romawi.
Klasifikasi Planet
Berdasarkan letaknya,
dengan bumi sebagai batasnya, maka planet dibedakan menjadi:
Planet Inferior (Inferior Planets)
Planet Inferior yaitu planet-planet yang lintasannya diantara
bumi dan matahari, terdiri atas Merkurius dan Bumi.
Planet Superior (Superior Planets)
Planet superior yaitu planet-planet yang lintasannya di
luar bumi, terdiri atas Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus.
Berdasarkan letaknya dengan sabuk asteroid sebagai
batasnya, maka planet dibedakan menjadi:
Sabuk Asteroid terletak diantara Planet Mars dan Yupiter.
1.
Planet
dalam (inner planets)
Planet
dalam merupakan planet-planet yang lintasannya terletak disebelah dalam sabuk
asteroid. Yaitu planet, Merkurius, Venus, Bumi, Mars.
2.
Planet
Luar (outer planets)
Planet
luar merupakan planet-planet yang lintasannya di luar sabuk asteroid. Yaitu planet Yupiter, Saturnus, Uranus
dan Neptunus.
Kedudukan planet dalam atau
planet luar ditinjau dari bumi selalu berubah-ubah karena pengaruh kecepatan
edar planet yang berbeda-beda.
Perubahan kedudukan
ini menyebabkan adanya :
Elongasi Planet Dalam
Yaitu sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
Bumi - Planet Dalam dan Bumi Matahari. Elongasi planet dalam tidak lebih besar
dari 90° karena lintasan planet dalam lebih kecil dari lintasan bumi
mengelilingi matahari.
Elongasi Planet Luar
Yaitu sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan
Bumi Planet Luar dan Bumi matahari. Elongasi planet luar dapat mencapai 180°
karena lintasan planet luar lebih besar dari lintasan bumi mengelilingi
matahari.
Berdasarkan komposisi
material penyusunannya, planet dapat diklasifikasikan menjadi:
Jovian Planet (Giant Planet)
Jovian Planet yaitu planet-planet raksasa yang komposisi
materi penyusunannya bukan berupa batu/material yang padat, melainkan gas. Yang
termasuk Jovian Planet yaitu Jupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus
Teresterial Planet (Telluric Planet)
Teresterial Planet adalah planet-planet yang komposisi
materi penyusunannya berupa batuan Yang termasuk Teresterial Planet antara lain
Merkurius, Venus, Bumi, Mars.
Komentar
Posting Komentar