SOAL
1 : Berikan contoh penerapan budaya organisasi dalam perusahaan !
Budaya
Organisasi Bank BTN, BCA dan Bank
Mandiri
a.
Budaya
Organisasi dalam Bank BCA
Budaya
merupakan sebuah bentuk dari pengetahuan, pengalaman, dan kepercayaan yang
dibentuk oleh nilai dan norma serta dilakukan secara konsisten. Budaya
organisasi adalah filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma,
dan nilai-nilai bersama yang menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara
melakukan sesuatu dalam organisasi. Keyakinan, norma-norma dan nilai-nilai
tersebut menjadi pegangan semua sumber daya manusia dalam organisasi dalam
melaksanakan kinerjanya.
Pada
pembahasan kali ini budaya organisasi yang kami kaji adalah budaya organisasi
bank BCA (Bank Central Asia). Budaya organisasi yang terbentuk dari Bank BCA
sendiri adalah artefak, norma dan nilai, serta kebiasan yang diterapkan pada
bank swasta ini. Berikut adalah penjabaran bentuk budaya organisasi berdasarkan
cara interaksi :
·
Nuansa kekeluargaan dan keterbukaan
dalam pergaulan
Dipandang secara umum, pergaulan antarkaryawan di
BCA tergolong cukup erat antara satu karyawan dengan karyawan yang lain. Hal
ini terlihat dari kedekatan yang terjalin di dalam pola pergaulan maupun pola
berkomunikasi yang cenderung humoris yang dilakukan oleh para karyawan.
Pandangan ini didukung dengan intensitas para karyawan mengadakan acara-acara
tertentu. Kesan kekeluargaan tersebut juga sering kali tampak pada kata
panggilan akrab seperti, bos, bro, mbak dll yang selalu digunakan dalam berinteraksi.
·
Rasa kebersamaan yang tinggi antar
karyawan
Sistem pekerjaan di BCA berlaku satu sistem yang
dikerjakan secara bersama-sama. Dengan kata lain, beberapa proses pekerjaan
yang ada di bagian divisi tertentu akan dikerjakan secara bersama-sama dan saling
membantu antarkaryawan dalam satu divisi tersebut. Dilihat dari segi proses,
tentu hal ini sangat mungkinkan bagi munculnya rasa kebersamaan pada diri
masing-masing karyawan.
Jika ditinjau
berdasarkan prosesnya, dengan karyawan Bank BCA bekerja secara
bersama-sama, maka akan menimbulkan karakteristik-karakteristik tertentu dalam
berbagai sistem, baik secara personal atau sosial. Hal tersebut akan
mempengaruhi cara bergaul dan cara berkomunikasi antarkaryawan. Berdasarkan
kondisi tersebut, terdapat beberapa faktoryang mempengaruhi pola positif di
dalam pergaulan para karyawan BCA tersebut, seperti:
·
Rasa kebersamaan yang terjalin karena
jenis pekerjaan.
·
Rasa saling menghargai antarkaryawan
sebagai upaya untuk meminimalisir kondisi emosi yang dapat mempengaruhi
pekerjaan mereka.
Jika ditinjau
berdasarkan sistem yang dianut oleh Bank BCA, maka dapat
dijabarkan bahwa aspek yang menjadi ukuran utama adalah pelayanan.Untuk
mendukung keefektifan pelayanan yang ada di dalam proses pekerjaan para
karyawan tersebut, maka dibuatlah sebuah slogan.Slogan tersebut diterapkan baik
dalam tata pelaksanaan prosedur kerja maupun dalam mendorong sikap-sikap para
karyawan yang memungkinkan terjadinya internalisasi dan pembentukan identitas
(jati diri) di dalam kepribadian masing-masing karyawan. Slogan tersebut
terangkum dalam istilah SMART, yaitu:
ü Sigap,
sebagai simbol efisiensi kinerja karyawan bank
ü Menarik,
sebagai simbol loyalitas para costumer yang merupakan hasil dari kualifikasi
pelayanan bank
ü Antusias,
sebagai simbol kesungguhan kinerja para karyawan terhadap pekerjaannya
ü Ramah,
sebagai simbol hubungan dan komunikasi yang baik antara pihak bank dengan
costumer.
ü Teliti,
sebagai simbol kualifikasi kinerja bank tersebut.
Sedangkan secara
khusus, dalam hal pelayanan, BCA juga mempunyai visi tersendiri yang terdiri
atas beberapa poin, yaitu:
ü Utamakan
pelayanan dengan komitmen
ü Proses
cepat
ü All
out
ü Responsif
ü Tepat
waktu
Selain beberapa slogan
dan visi dari Bank BCA, terdapat beberapa ritual sebagai
pembentuk budaya organisasi tersebut. Terdapat satu ritual yang secara
konsisten dilaksanakan di BCA sebagai salah upaya pembentukan mental/budaya
organisasi yang baik, yaitu setiap hari Jum’at selalu dilaksanakan penyampaian
nasehat-nasehat yang berisi kata-kata bijak yang disampaikan oleh Kepala
Operasional.
Dampak hasil kinerjanya
Peran budaya organisasi adalah untuk
menjaga dan memelihara komitmen sehingga kelangsungan mekanisme dan fungsi yang
telah disepakati oleh organisasi dapat merealisasikan tujuan-tujuannya. Budaya
organisasi yang kuat akan mempengaruhi setiap perilaku. Hal itu tidak hanya
membawa dampak pada keuntungan organisasi secara umum, namun juga akan
berdampak pada perkembangan kemampuan dan efektivitas kerja organisasi itu
sendiri. Nilai-nilai budaya yang ditanamkan pimpinan akan mampu meningkatkan
kemauan, kesetiaan, dan kebanggaan serta lebih jauh menciptkaan efektivitas
kerja. Seperti nilai-nilai yang diterapkan oleh Bank BCA.
·
Dengan adanya pemberdayaan budaya
organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, juga
akan menjadi penentu kesuksesan perusahaan. Sehingga budaya organisasi memiliki
dampak yang berarti terhadap kinerja karyawan untuk menentukan keberhasilan dan
kegagalan perusahaan. Sedangkan kinerja merupakan peranan yang sangat penting,
karena tanpanya organisasi hanya merupakan sekumpulan aktivitas tanpa tujuan
atau kontrol tertentu.
·
Budaya organisasi akan menciptakan suatu
tingkat motivasi yang luar biasa bagi karyawan untuk memberikan kemampuan
terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh organisasinya.
Budaya organisasi
dipahami sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, dan
pemahaman yang penting dimiliki oleh para anggota yang berpengaruh
terhadap pola kerja serta pola manajemen organisasi. Budaya organisasi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan, kinerja dalam hal ini diartikan sebagai
suatu tingkat proses yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dan
tujuan individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan
organisasi dapat bertemu.
Nilai-nilai yang dianut
bersama membuat karyawan merasa nyaman bekerja,
memiliki komitmen dan kesetiaan serta membuat karyawan berusaha lebih keras,
meningkatkan kinerja dan kepuasaaan kerja karyawan berusaha lebih keras,
meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan serta mempertahankan keunggulan
kompetitif.
b.
Budaya Organisasi Bank BTN
Budaya organisasi berfungsi sebagai batas-batas
berperilaku, menumbuhkan kesadaran tentang identitas sebagai organisasi,
penumbuhan komitmen, pemeliharaan stabilitas organisasional, dan mekanisme pengawasan
pada sebuah organisasi.
Visi Bank BTN:
“Menjadi Bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan dan mengutamakan
kepuasan nasabah”. Visi ini kemudian dijabarkan kedalam misi perusahaan sebagai
berikut:
ü Memberikan
pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan industri yang terkait, serta
menyediakan produk dan jasa perbankan lainnya.
ü Menyiapkan
dan mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional serta
memiliki integritas yang tinggi.
ü Meningkatkan
keunggulan kompetitif melalui inovasi berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan
nasabah.
ü Melaksanakan
manajemen perbankan yang sehat sesuai dengan prinsip kehati-hatian
dan Good Corporate Governance untuk meningkatkan Shareholder
Values.
ü Memperdulikan
kepentingan masyarakat dan lingkungannya.
Bank
Tabungan Negara atau yang biasa disebut BTN merupakan Badan Usaha Milik Negara
Indonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa
keuangan perbankan. Dalam operasionalnya, BTN mempunyai nilai-nilai dasar yang
harus dimiliki semua karyawannya, yaitu:
1. Taat
dalam melaksanakan dan mengamalkan ajaran agamanya.
2. Selalu
berusaha untuk menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya
demi kemajuan perusahaan.
3. Mengutamakan
kerjasama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
kinerja baik.
4. Selalu
memberikan yang terbaik secara ikhlas bagi perusahaan dan semua stakeholders.
5. Selalu
bekerja secara professional yang kompeten dalam bidang tugasnya.
Nilai-nilai dasar
tersebut yang akhirnya menciptakan buadaya organisasi, karena nilai-nilai dasar
tersebut diterapkan secara terus-menerus dan telah ada sejak BTN berdiri. BTN
sendiri telah merumuskan dan membuat budaya organisasi yang mereka sebut “POLA
PRIMA”. Jika diuraikan, “POLA PRIMA” merupakan singkatan dari beberapa kata,
yaitu sebagai berikut :
§ Pelayanan
Prima (Service Excellent)
§ InOvasi
(Innovation)
§ KeteLAdanan
(Role Model)
§ Profesionalisme
(Profesionalism)
§ Integritas
(Integrity)
§ Kerjasama (Teamwork)
Masing-masing
kata tersebut mempunyai makna sebagai berikkut :
Pertama,
pelayanan prima, berarti seluruh bagian karyawan dari BTN, baik yang berpangkat
rendah hingga tinggi, harus melakukan pelayanan terbaik untuk nasabahnya. Dari
hal yang sederhana seperti bersikap ramah dan murah senyum. Lalu, karyawan BTN
juga dituntut untuk selalu peduli dan tanggap pada apa yang diinginkan
nasabahnya.
Kedua,
inovasi, yang berarti bahwa BTN harus selalu melakukan penyempurnaan jika
pelayanan atau produk yang ditawarkan masih kurang memuaskan nasabahnya. Dalam
inovasi tersebut, peran karyawan BTN amat sangat berpengaruh.
Ketiga,
keteladanan, yang berarti seluruh karyawan BTN harus bersikap yang baik, dari
sikap tersebut akan mencerminkan budaya yang baik pula. Sikap yang baik
tersebut dapat menjadi contoh yang baik, untuk sesama karyawan maupun nasabah.
Keempat,
profesionalisme. Profesionalisme disini berarti bahwa seluruh karyawan BTN
berkompeten dan bertanggungjawab terhadap tugasnya. Seperti misalnya,
mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
Kelima,
integritas, yang berarti bahwa seluruh karyawan BTN harus jujur dan disiplin
dalam bekerja, tidak melakukan kecurangan-kecurangan, setiap karyawan fokus
berdedikasi hanya untuk BTN. Dan poin yang terakhir, yaitu kerjasama. Kerjasama
amat sangat menentukan bagaimana budaya organisasi terbentuk. Dalam kerjasama,
dibutuhkan saling percaya dan menghargai antar sesama karyawan BTN.
Keenam
Pola Prima tersebut merupakan representasi dari budaya organisasi BTN. Budaya
tersebut dirumuskan dan dibuat menjadi sebutan nama yang unik tidak berdasarkan
alasan yang sederhana, tetapi berdasarkan pertimbangan yang matang dan lama,
karena pada dasarnya budaya terbentuk dalam waktu yang lama.
Keenam
pola tersebut tidak hanya menjadi teori semata, namun juga diterapkan dalam
operasional BTN, dari yang pusat hingga cabang-cabangnya, sehingga secara tidak
langsung menjadi nilai-nilai dasar yang harus diterapkan.
Budaya tersebut secara tidak langsung
merupakan nilai-nilai dasar yang harus diterapkan seluruh karyawan Bank BTN
dalam setiap kinerjanya. Maka tidak heran bahwa budaya organisasi berpengaruh
pada kinerja individu di dalamnya. Jika dalam suatu organisasi mempunyai budaya
yang baik dan positif, maka individu yang ada di dalam organisasi tersebut pun
juga terpengaruh menjadi positif, dari sisi sikap dan perilakunya, kinerjanya,
hingga kehidupannya. Hal tersebut dikarenakan budaya organisasi berfungsi
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku individu. Jadi, budaya organisasi tidak dapat diremehkan
keberadaannya, karena budaya organisasi dapat berpengaruh pada sukses atau
tidaknya sebuah organisasi.
Budaya
yang diterapkan pada perusahaan memiliki dampak atau hasil kinerja sebagai
berikut.
1. Indikator
profesionalisme karyawan merupakan indikator budaya organisasi yang paling
berpengaruh dalam meningkatkan komitmen organisasi dan kinerja karyawan.
Sehingga manajemen BTN perlu mempertahankan sikap profesional dan tingkat
disiplin yang tinggi dari karyawan, berangkat kerja tepat waktu, tampil rapi
serta mempersiapkan peralatan kerja dengan baik, menghadiri rapat dan
sebagainya.
2. Kebanggaan
karyawan merupakan indikator yang paling rendah memengaruhi komitmen
organisasi, sehingga BTN harus berupaya mencari solusi agar tumbuh kebanggan
dalam diri karyawannya. Misalkan diberikan seragam yang baik yang menunjukkan
identitas perusahaan, ruang kerja yang rapi.
3. Indikator
keterlibatan karyawan dengan pelanggan juga berpengaruh dalam meningkatkan
komitmen organisasi dan kinerja karwayan. Karyawan BTN mempunyai orientasi dan
apresiasi yang tinggi untuk selalu membantu nasabah, hal ini dikarenakan
karyawan BTN sadar bahwa keberadaan nasabah merupakan pilar penting bagi
eksistensi BTN.
4. Indikator
keterlibatan karyawan dengan rekan kerjanya menunjukkan keterlibatan yang
rendah, sehingga manajemen BTN perlu meningkatkan solidaritas antar rekan
kerja, karena masih terkesan adanya sikap individualisme dalam bekerja.
5. Indikator
kepercayaan yang kuat terhadap nilai-nilai organisasi yang terdapat pada
karyawan BTN menunjukkan kemauan yang besar untuk berusaha bagi organisasi.
Visi dan Misi BTN sejalan dengan harapan karyawan, oleh karena itu karyawan
bersedia untuk bekerja ekstra melampaui apa yang diharapkan agar BTN berhasil
dan sukses.
c.
Budaya
Perusahaan Bank Mandiri
Bank
Mandiri merupakan salah satu bank terbaik yang ada di Indonesia. Terbukti
dengan berbagai penghargaan yang pernah didapat, diantaranya The Best Bank
Service Excellence (BSEM, The Best Agent/Phone Banking Officer (Platinum &
Gold), The Best Contribution (Gold), The Best Technology (Gold), dan The Best
Team Leader (Silver) yang diberikan oleh Marketing Research Indonesia (MRI) dan
Indonesia Contact Center Association (ICCA). Budaya organisasi yang dimiliki
menjadi faktor keberhasilan dari bank ini.
Dijelaskan
oleh Agus Martowardojo selaku direktur utama dalam news release di situs resmi
mereka bahwa Bank Mandiri memiliki budaya organisasi yang mampu mendorong
prestasi mereka, yaitu TIPCE (Trust, Integrity, Professionalism, Customer
Focus, Excellence). Apakah itu?
v Trust
: Membangun keyakinan dan sangka baik di antara stakeholder dalam hubungan yang
tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan
v Integrity
: Setiap saat berfikir, berkata dan berperilaku terpuji, menjaga martabat serta
menjunjung tinggi kode etik profesi
v Professionalism
: Berkomitmen untuk bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik
dengan penuh tanggung jawab
v Customer
Focus : Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling
menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan
v Excellence
: Mengembangkan dan melakukan perbaikan di segala bidang untuk mendapatkan
nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara terus menerus
Dengan Trust, Mandiri ingin menunjukkan
sikap jujur, tulus, dan terbuka mereka dengan harapan mendapatkan kepercayaan
dari publik sehingga mereka akan menghargai dan mau diajak bekerja sama untuk
membantu Bank Mandiri menjadi regional champion bank. Integrity merupakan
budaya kerja yang menekankan pada sikap disiplin, dan konsisten dalam berpikir,
berkata, dan bertindak sesuai prinsip moralitas dan kode etik profesi. Poin
Professionalism menjelaskan Bank Mandiri mengutamakan keahlian dan kompetensi
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat memberikan hasil yang
terbaik. Customer Focus adalah nilai dimana perilaku inovatif, proaktif, dan
cepat tanggap diutamakan untuk memberikan kepuasan pada pelanggan bahkan untuk
melebihi harapan pelanggan. Yang terakhir Excellence berorientasi pada nilai
tambah dan perbaikan yang dilakukan terus menerus untuk mendapatkan nilai
optimal dan hasil terbaik terus menerus.
SOAL 2 : Apakah tujuan
dari sosialisasi dan internalisasi budaya organisasi ?
Sosialisasi Budaya
Melalui
kegiatan sosialisasi budaya, ekspediensi budaya mencapai sebanyak mungkin
(aspek kuantitatif) dan mencapai sedalam mungkin lubuk hati (aspek kualitatif)
warga organisasi atau perusahaan. Sosialisasi keterampilan dan pengetahuan bias
memalui program manajemen pelatihan dan pengajaran, yang dilakonkan oleh para
pela;tih dan pengajar. Karena itu, sosialisasi keterampilan, pengetahuan dan
ajaran-ajaran dapat diprogramkan dan diprojekkan. Tetapi sosialisasi budaya
menuntut kesesuaian itu di samping cara yang efektif guna mencapai sasaran.
Tujuan dan Manfaat Sosialisasi
Budaya Organisasi
Tujuan sosialisasi :
1.
Membentuk sikap dasar, kebiasaan dan
nilai-nilai yang dapat memupuk kerja sama, integritas, dan komunikasi dalam
organisasi
2.
memperkenalkan nilai-nilai budaya
organisasi pada anggota
3. meningkatkan
komitmen dan daya inovasi anggota.
Sedangkan
manfaat sosialisasi budaya organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang
yakni manfaat bagi anggota dan manfaat bagi organisasi. Bagi anggota,
sosialisasi budaya organisasi akan memberikan gambaran yang jelas mengenai
organisasi yang dimasukinya sehingga anggota akan terbantu dalam membuat keputusan yang tepat sesuai dengan
situasi yang dihadapi. Selain itu,kegiatan sosialisasi juga memudahka anggota
dalam menyesuaiakan diri dengan lingkugan,pekerjaan, dan anggota lain
intraorganisasi sehingga menumbuhkan komitmen danberdampak pula pada
meningkatnya kinerja organisasi secara keseluruhan.
Bagi organisasi,
sosialisasi budaya organisasi bermanfaat sebagai alat komunikasi bagai semua
hal yang berhubungan dengan aktivitas dan budaya organisasi sehingga hasilnya
dapat dimanfaatkan anggota untuk
memahami segala sesuatu mngenai organisasi. Proses sosialisasi juga dapat
dimanfaatkan dalam perekrutan anggota yang sesuai dengan organisasi, dan yang
mempunyai potensi besar untuk lebih berkembang. Pemilihan calon anggota yang
sesuai dengan(budaya) organisasi akan memperkuat budaya organisasi.
Internalisasi budaya
adalah proses menanamkan dan menumbuhkembangkan suatu nilai atau budaya menjadi
bagian diri (self) orang yang bersangkutan. Jika sosialisasi lebih ke samping
(horizontal) dan lebih kuantitatif maka internalisasi lebih bersifat vertikal
dan kualitatif. Penanaman dan penumbuhkembangan nilai tersebut dilakukan
melalui berbagai didaktik-metodik pendidikan dan pengajaran, seperti
pendidikan, pengarahan, indoktrinasi, brain-washing, dan lain sebagainya.
Budaya kuat mempunyai dampak yang lebih besar pada perilaku karyawan dan harus
diinternalisasikan kepada para anggota sehingga dapat diwujudkan dalam pola
perilaku sehari-hari. Karyawan harus tahu bahwa dalam perusahaan ada budaya
organisasi dan bahwa semua orang yang terlibat di dalamnya harus menghayati
budaya organisasi tersebut. Jadi, suatu organisasi hanya akan dapat berjalan
sesuai misinya sejauh nilai kebersamaan yang dimiliki sungguh-sungguh
diinternalisasikan oleh setiap anggota organisasinya, dan budaya yang telah ada
benar-benar menjadi pondasi bagi keberlangsungan hidup organisasi tersebut.
Bila budaya organisasi sudah dapat diterima dan dihayati oleh pekerja berarti ia
telah menginternalisasikan norma dan nilai dari budaya organisasi itu, serta
menghayati kesatuan dengan kelompok kerjanya serta seluruh komunitas organisasi
Bagaimana
cara internalisasi / penanaman budaya perusahaan kepada seluruh karyawan, ada
tiga hal yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Menggunakan
sistim Paksa – Rela, dimana karyawan dalam melaksanakan budaya perusahaan
haruslah dipaksa terlebih dahulu, dengan harapan karyawan tersebut akan
terbiasa melakukannya dan apabila sudah terbiasa, maka karyawan tersebut akan
secara sukarela melaksanakan buadaya perusahaan. Prisnip dasar dalam sistim
Paksa – Rela tersebut adalah bagaimana manajemen menerapkan Reward &
Punishment, sehingga karyawan akan termotivasi dalam melaksanakan budaya
perusahaan.
2. Leadership
/ kepemimpinan, adalah salah satu cara yang harus dilakukan dalam proses
penanaman budaya perusahaan, mengingat masyarakat Indonesia, adalah masyarakat
yang membutuhkan contoh atau figure yang dapat ditiru, oleh karena itu,
pemimpin di dalam organisasi harus mempunyai komitment dan mampu menjadi contoh
bagi anak buahnya dalam melaksanakan budaya perusahaan.
3. Pelatihan
yang sistematis dan berkesinambungan, karena di dalam pelatihan tersebut
terdapat materi – materi yang mengarah pada peningkatan knowledge, skill dan
attitude.
Manfaat internalisasi
adalah untuk pengembangan, perbaikan dan penyaringan dalam hal buadaya.
1.
Dalam manfaat pengembangan memiliki
manfaat sebagai pengembangan potensi seseorang untuk menjadi pribadi dan
memiliki perilaku yang baik agar seseorang
yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan
karakter bangsa.
2.
Kemudian dalam manfaat perbaikan adalah
untuk memperkuat kepribadian yang bertanggung jawab dalam pengembangan seorang
individu yang lebih bermartabat;
3.
Dan dalam manfaat penyaring bertujuan
untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat agar tidak
terjadi suatu goncangan budaya.
Hasil
yang diperoleh dalam proses penanaman budaya perusahaan adalah produktivitas
yang tinggi dengan parameternya ketertiban kerja, kecilnya kesalahan dalam
bekerja, kualitas produk tinggi dan kecepatan dalam menyelesaikan masalah.
Sosialisasi dan
internalisasi budaya organisasi memiliki tujuan bukan hanya karyawan paham akan
slogan atau kredo perusahaan, tetapi juga tercermin dari sikap dan perilaku
mereka dalam bekerja.
SOAL 3 : Berikan contoh
dan penjelasan klasifikasi budaya organisasi dari Geert Hostede !
“Cultural
Dimension Theory” (Hofstede) menyebutkan kelompok-kelompok budaya nasional dan
regional mempengaruhi prilaku masyarakat dan organisasi. Adapun dimensi yang
dimaksud teori tersebut yakni :
1.
Power
Distance
Jarak Kekuasaan menyangkut tingkat kesetaraan
masyarakat dalam kekuasaan. Jarak kekuasaan merupakan suatu ukuran dimana
anggota dari suatu masyarakat menerima bahwa kekuasaan dalam lembaga atau
organisasi tidak didistribusikan secara merata. Hal ini mempengaruhi perilaku
anggota masyarakat yang kurang berkuasa dan yang berkuasa. Orang-orang dalam
masyarakat yang memiliki jarak kekuasaan besar menerima tatanan hirarkis dimana
setiap orang mempunyai suatu tempat yang tidak lagi memerlukan justifikasi.
Orang-orang dalam masyarakat yang berjarak kekuasaan kecil menginginkan
persamaan kekuasaan dan menuntut justifikasi atas perbedaan kekuasaan. Isu
utama atas dimensi ini adalah bagaimana suatu masyarakat menangani perbedaan
diantara penduduk ketika hal tersebut terjadi. Hal ini mempunyai konsekuensi
jelas terhadap cara orang-orang membangun lembaga dan organisasi mereka.
Jarak kekuasaan akan mempengaruhi setara atau
tidaknya setiap orang.Misalnya, di Indonesia sendiri budaya senioritas
menunjukkan bahwa ada jarak kekuasaan yang tinggi, yang menyebabkan tidak
setaranya setiap orang dalam organisasi. Sedangkan di negara Amerika, pada
umumnya prestasi dari setiap karyawanlah yang menentukan karier mereka di
perusahaan. Tidak memperdulikan senior ataupun junior. Di Jepang lebih
menekankan pada loyalitas setiap karyawan. Masa kerja menjadi faktor penting
dalam menentukan posisinya diperusahaan.
Indonesia bersama Ekuador urutan ke 8/9 dari 53 negara yang menunjukkan
jarak kekuasaan masih tinggi. Ada perbedaan yang mencolok antara orang yang
berkuasa secara budaya ataupun politik terhadap orang yang tidak punya kuasa.
Sebagai perbandingan masyarakat yang paling setara adalahAustria dan no. 2
adalah Israel.
Hal positif dari masing-masing perbedaan budaya ini adalah:
Jarak Kekuasaan kecil maka orang pada budaya tersebut mudah menerima
tanggung jawab. Sementara pada Jarak Keuasaan besar maka orang lebih disiplin
karena rasa takut akan kekuasaan.
2.
Individualism/Individualisme
vs Collectivism
Kolektivisme menyangkut ikatan di masyarakat.
Individualisme berarti kecenderungan akan kerangka sosial yang terajut longgar
dalam masyarakat dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri mereka sendiri
dan keluarga dekatnya. Kolektivisme berarti kecenderungan akan kerangka sosial
yang terajut ketat dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau
kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak. Isu
utama dalam dimensi ini adalah derajat kesaling-tergantungan suatu masyarakat
diantara anggotaanggotanya. Hal ini berkait dengan konsep diri masyarakat :
"saya” atau "kami".
Pada masyarakat yang individual setiap pihak
diharapkan mengurus dirinyasendiri dan keluarganya secara mandiri. Misalnya di
Indonesia ada budaya gotong royong yang berbeda hingga nantinya dalam
organisasi memudahkan pemberian tugas dalam organisasi. Jika di negara China lebih
menerapkan kerja individual dibanding Indonesia yang kinerjanya secara bersama
sama
Indonesia bersama Pakistan ada di urutan 47/48 dari 53 negara yang
menunjukkan orang Indonesia cenderung hidup secara berkelompok. Ini cocok
dengan semboyan kita: gotong royong. Sebagai perbandingan negara yang paling
individual adalah Amerika Serikat dan no.2 adalah Australia.
Hal positif dari masing-masing perbedaan budaya ini adalah:
Kolektivisme maka orang/karyawan pada budaya tersebut mudah berkomitmen. Sementara
pada Individulisme maka pemberian wewenang manajemen lebih mudah
disebarluaskan, karena pemimpin-pemimpin baru mudah diciptakan
3.
Masculinity/Maskulin
vs Femininity
Maskulinitas berarti kecenderungan dalam masyarakat
akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan material. Lawannya,
feminitas berarti kecenderungan akan hubungan, kesederhanaan, perhatian pada
yang lemah, dan kualitas hidup. Isu utama pada dimensi ini adalah Pada budaya
maskulin yang ditonjolkan adalah ketegasan dan kompetitif,sedangkan pada
feminim adalah kesopanan dan perhatian.
Indonesia bersama Afrika Barat ada di urutan 30/31 dari 53 negara. Ini
menunjukkan Indonesia dalam posisi sedang-sedang saja. Sebagai perbandingan
yang paling maskulin adalah Jepang dan yang paling feminin adalah Swedia.
Pantaslah Swedia adalah negara dengan tingkat kekerasan terhadap perempuan yang
paling kecil di dunia.
Hal positif dari masing-masing perbedaan budaya ini adalah:
Pada budaya Maskulin maka orang pada budaya tersebut cocok untuk produksi
massal, efisiensi,industri berat dan bulk chemistry. Sementara pada budaya
Feminin cocok untuk industri pelayanan pribadi, produksi yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan pelanggan, pertanian dan biochemistry.
4.
Uncertainty
Avoidance
Penghindaran Ketidakpastian yang menunjukkan rasa
nyaman suatu budaya terhadap ketidakpastian. Penghindaran ketidakpastian
merupakan tingkatan dimana anggota masyarakat merasa tak nyaman dengan
ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan mereka untuk mempercayai
kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara lembaga-lembaga yang melindungi
penyesuaian. Masyarakat yang memiliki penghindaran ketidakpastian yang kuat
menjaga kepercayaan dan perilaku yang ketat dan tidak toleran terhadap orang
dan ide yang menyimpang. Masyarakat yang mempunyai penghindaran ketidakpastian
yang lemah menjaga suasana yang lebih santai dimana praktek dianggap lebih dari
prinsip dan penyimpangan lebih dapat ditoleransi. Isu utama dalam dimensi ini
adalah bagaimana suatu masyarakat bereaksi atas fakta yang datang hanya sekali
dan masa depan yang tidak diketahui. Apakah ia mencoba mengendalikan masa depan
atau membiarkannya berlalu. Seperti halnya jarak kekuasaan, penghindaran
ketidak pastian memiliki konsekuensi akan cara orang-orang mengembangkan
lembaga dan organisasi mereka.
Indonesia bersama Kanada berada di urutan 41/42 dari 53 negara. Ini berarti
Indonesia tidak takut dengan perubahan dan lebih toleran terhadap perbedaan
pendapat. Sebagai perbandingan Singapura adalah negara yang paling bisa
menerima ketidakpastian dan Yunani adalah negara yang tidak.
Hal positif dari masing-masing perbedaan budaya ini adalah:
Budaya Penghindaran ketidakpastian besar maka orang pada budaya tersebut
cocok untuk hal yang menuntut presisi. Sementara pada budaya Penghindaran
ketidakpastian kecil cocok untuk melakukan inovasi dasar
Contohnya, Wirausaha merupakan pekerjaan yang
menuntut kita untuk dapat menghadapi ketidakpastian. Di Indonesia sendiri,
khususnya bagi Wirausaha kurang diminati oleh kaum pribumi karena budaya yang
takut akan resiko dan ketidakpastian.
5.
Long
vs. Short term Orientation
Dimensi budaya ini menggabarkan time horizon atau
arti penting waktu kini (jangka pendek) dan waktu dimasa yang akan datang.
Negara –negara timur memiliki skor yang tinggi yang berarti berorientasi kemasa
depan sedangkan negara barat memiliki skor yang rendah. China memiliki skor
yang tertinggi dan Pakistan memiliki skor yang terendah.
Orientasi Jangka Panjang menyangkut pola pikir
masyarakat.Hal ini dapat dilihat dari kerjasama orang Asia yang harus menjalin
hubungan kekeluargaan sebelum nantinya membicarakan kerjasama bisnis. Ini
disebabkan karena orang Asia lebih berorientasi ke masa depan/jangka panjang.
Beda dengan orang Eropa yang memiliki semboyan time is money yang berarti
mereka ingin secepatnya melakukan kerjasama agar lebih cepat mendapat
keuntungan.
Cina, Jepang dan negara-negara Asia cenderung memiliki orientasi jangka
panjang, sementara bangsa-bangsa barat cenderung pada jangka pendek. Dan negara
yang sangat tertinggal juga cenderung memiliki orientasi jangka pendek. Pada
budaya ini Cina memegang skor tertinggi, sementara Pakistan adalah skor
terendah.
Komentar
Posting Komentar